Komunitas LGBT+ Kritik George Clooney
- matamatapolitik
- May 16, 2019
- 2 min read
Aktor "George Clooney" mengingatkan Indonesia dan Malaysia untuk tidak meniru langkah Brunei yang berkaitan dengan kriminalisasi LGBT + jika mereka tidak ingin menjadi korban boikot ekonomi. Ucapan tersebut kini telah dikritik oleh komunitas gay dan lesbian setempat.
Aktor Hollywood George Clooney menyorot kritik dari komunitas LGBT + setelah menyerukan Pemboikotan rantai hotel mewah Sultan Hasanah Bolkiah sebagai "Warning shot " terhadap Indonesia dan Malaysia untuk tidak mengerjakan legislasi anti-gay seperti Brunei.
Terakhir Maret Clooney menyerukan untuk memboikot sembilan Hotel yang dimiliki Brunei setelah rencana untuk memaksakan hukuman mati bagi pelanggar seks. Setelah jatuhnya kritik global, Wakil Menteri luar negeri Brunei Dato Erywan Mohn Yusof mengklarifikasi perilaku seks serupa tidak akan dikenakan hukuman modal.
Namun, peraturan baru yang dikeluarkan oleh Hasanah Bolkiah masih dipertimbangkan untuk mendorong diskriminasi terhadap kaum minoritas seksual.
Clooney, yang muncul dalam sebuah wawancara televisi, mengklaim bahwa perubahan sikap di Brunei dipicu oleh tekanan ekonomi yang berasal dari boikot. Menurutnya, pernyataan sikap pemerintah Brunei "adalah langkah maju, setelah selangkah mundur," kata aktor Hollywood veteran.
"Ini akan mengirimkan tembakan peringatan ke negara seperti Indonesia dan Malaysia yang juga mempertimbangkan peraturan tersebut, bahwa orang bisnis, bank besar, mereka mengatakan ' tidak pernah memasuki domain itu '. "
Penghitung produktif untuk aktivis LGBT Indonesia dan Malaysia
Di Indonesia, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, Bambang Soesatyo, adalah salah satu yang paling berminat mendukung kriminalisasi LGBT. Dalam sebuah kolom opini di koran SINDO, Februari 2018 lalu, Bamsoet menulis bahwa gaya hidup pasangan berjenis kelamin sama berkontribusi pada "mengerikan " ekses seperti pembunuhan, HIV/AIDS dan pedofilia.
"Jelas bahwa suatu hukum yang berfokus pada pembatasan gaya hidup masyarakat LGBT seharusnya telah diterbitkan untuk waktu yang lama, " tulis Bambang Soesatyo.
Tidak heran dengan komunitas LGBT + di Indonesia dan Malaysia prihatin dengan penindasan hak jika perkataan Clooney memicu kontroversi besar. Pernyataannya dianggap tidak peka terhadap nasib aktivis lokal.
"Saya mendesak George Clooney dan Hollywood untuk mendengar dan bekerjasama dengan aktivis dan aktivis hak asasi manusia setempat," ujar Numan Afifi, Presiden dari lembaga advokasi LGBT + di Malaysia, pelangi.
"Aktivis lokal berisiko hidup mereka di lapangan selama bertahun-tahun," tambahnya. "Pernyataan Clooney, meskipun itu berarti baik, juga dapat menjadi kontra-produktif untuk masalah kita," kata aktivis Malaysia.
Menjadi komoditas politik
Di Indonesia masalah LGBT + sering menjadi komoditas politik yang semakin sudut minoritas seksual. Polisi berulang kali menyerbu komunitas gay tanpa alasan yang jelas. Dalam penyerbuan di Sunter, Jakarta, September 2018 lalu, polisi mengundang media untuk merekam serangan, lengkap dengan gambar korban.
Dede Oetomo, pendiri organisasi advokasi LGBT gaya Nusantara, menganggap tekanan luar tidak akan banyak membantu nasib minoritas seksual di Asia Tenggara. "Malaysia dan Indonesia adalah entitas raksasa yang memiliki proses demokrasi sendiri yang, meskipun tidak sempurna, masih berfungsi," katanya.
"Tekanan internal lebih cenderung berfungsi di kedua negara, meskipun prosesnya akan sangat lambat dan panjang," kata aktivis LGBT Indonesia untuk Reuter.
Comments